Clinic
Benefits of acid in the vinegar Serviks Cancer Diagnosis
By M. Andalas, dr, SpOG
19 August 2009, 10:21
Contrast Administrator
Cancer is the second order of this type of cancer that most often affects women in the world and become a cause of death due to cancer in women in developing countries. Incidence and mortality of cancer serviks in developed countries has decreased dramatically in the last 40 years. However, in developing countries, this disease remains a frightening specter. Although incidence and mortality has decreased, but not all women serviks cancer in developed countries get the care they need. In this case the differences occur between the rich woman with the poor. In developed countries with appropriate treatment, women who come from middle class to the top of the situation will be better than the women from the lower to middle classes. One of the efforts to hush the case serviks cancer early detection is the difference in the community who have known widely to the inspection test Paps. This is a test that is relatively effective to detect early cancer serviks, but this test often terkendala with pathological examination and costs are relatively expensive. While the acid test with the vinegar test, known as IVA (Visual Inspection acid acetate), relatively easy, quick, practical, and affordable. The test is to start Dilirik perifer enhanced through the use of standard training techniques in the mouth of the womb and the assessment or have not lesi for health, through cooperation gynecology Oncology Association of Indonesia (HOGI) and foreign donors. The reason for the use of vinegar is the acid test berbiaya cheaper than the more simple to understand by health personnel. And if this can be found immediately conducted further action, in the form of confirmation for the diagnosis or follow-up action. Almost half a million cases of cancer serviks terdiagnosa each year and a half of the number of patients are women who have never undergo screening. Around the world each year more than a quarter million women die due to this disease. Incidence of mortality is found in the high desert area Sahara, Africa, Latin America, and South Asia. Overall mortality in developing countries reach the four-fold from the developed countries, about 80-85% of mortality globally occur in developing countries. Currently there are estimated 630 million people worldwide infected by HPV, and women more infected than men. In the United States approximately 40% of young women infected with HPV within three years, since they are sexually active. First contact usually occurs at the age of adolescence and the early age of thirty. Highest incidence is found in young women aged 25 years and closely associated with sexual activity is very active. Lesi prekanker cancer and usually develop in the transformation zone or zones in the Transformation serviks, where this area is broad akan pubertas and at the time of pregnancy. In the normal condition, from the upper epitel akan serviks and exfoliate dead, along with the new cells will form. Persistent HPV infection that will disrupt this process, where the cells will continue bermultiplikasi old. At the beginning, will cells that abnormal (prekanker) and then akan menginvasi layer / network that is underneath (invasif cancer). Because the development of HPV infection to cancer invasif very slow, then the cancer will generally appear at the age of 40 and 50-an-an. Seviks cancer prevention can be done in two ways, namely by preventing infection or detect prekusor cancer serviks and provide treatment. Form of primary prevention can be achieved with the keterpaparan to control the virus with the sexual life, practice monogamy, and sexual ensure faithful pair / couple does not change and does not become infected. Visual Inspection with acetic Acid (VIA) VIA is also known as the cervicoscopy, which is an alternative to test sitologi that can be used along with pap smear screening. Method used in the VIA 3-5% acetate acid (vinegar) that can disemprotkan or with a cotton swab on serviks. Then serviks diobservasi with the naked eye for a minute. Positive results appear as white areas in the vicinity of the transformation zone that indicates a change lesi prekanker or the beginning of a process invasif cancer. VIA does not require laboratory or the intensive staff training. Results obtained quickly, making it possible treatment is done on a one-time visits, so decrease the number of patients escaped from supervision. When compared with pap smear and HPV DNA testing, VIA has a surplus that is able to identify positive lesi a very minimal, whereas in the lesi-lesi like this is not appropriate to do cryoterapi. Thus, this method can be a reference for the selection of treatment in areas with limited resources, especially in determining whether someone akan diterapi with cryoterapi or not. Sensitivity better than VIA papsmear, but a visual inspection is subjective and supervision needed for quality control. VIA may not work well on women postmenopouse because at the time of the transformation zone menopouse akan experienced regression in kanalis servikalis. In developed countries, women with positive screening results with the pap smear or HPV DNA, will undergo diagnostic tests, such as colposcopy. Colposcopy is the examination procedure with the vagina and serviks using magnets with the light source to identify abnormal areas on serviks and is also used to guide the biopsy sample. Screen-and-treat programs In developing countries has now developed a screen-and-treat programs, that is where the women with positive screening results are no longer undergo further diagnostic testing, but immediately get the therapy. The screen-and-treat is mainly conducted in areas with limited resources where the transport, time, and other access will make the follow-up visits. Benefits is the number of women who separated from the control treated before akan decreased. Screen-and-treat programs have been conducted in Thailand, South Africa, and Ghana, and evaluation showed satisfactory results. Data obtained show that VIA and cryoterapy made on one or two visits without diselingi with colposcopy is one alternative which is very effective in terms of financing compared with other conventional methods. The women make active screening examination on reproductive health, especially in the case of uterus neck cancer, especially of groups with high risk, because lehe womb cancer takes so long to grow with the early treatment will be appropriate and quick. Neck cancer in the womb early stages can be cured if the get therapy.
Source : Tabloid Contrast: 502 Year XI 13 - 19 August 2009
Klinik
Manfaat Asam cuka dalam Diagnosa Kanker Serviks
Oleh M. Andalas, dr, SpOG
19 August 2009, 10:21 KONTRAS Administrator
Kanker serviks adalah urutan kedua dari jenis kanker yang paling banyak diderita oleh kaum wanita di seluruh dunia serta menjadi penyebab kematian akibat kanker pada kaum wanita di negara berkembang. Insiden dan angka kematian kanker serviks di negara-negara maju telah menurun dengan drastis dalam 40 tahun terakhir. Namun, di negara-negara berkembang penyakit ini masih menjadi momok yang menakutkan. Meskipun insiden dan angka kematian telah menurun, namun tidak semua wanita penderita kanker serviks di negara maju mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Dalam hal ini terjadi perbedaan antara wanita yang kaya dengan yang miskin. Di negara maju dengan perawatan yang sesuai, wanita yang berasal dari golongan menengah ke atas akan lebih baik keadaannya dibandingkan dengan wanita dari golongan ekonomi menengah ke bawah.Salah satu upaya meredam kasus kanker serviks adalah deteksi awal adanya kelainan di masyarakat yang selama ini telah dikenal secara luas dengan pemeriksaan Tes Paps. Ini adalah suatu tes yang relatif ampuh untuk mendeteksi awal kanker serviks, tetapi tes ini sering terkendala dengan pemeriksaan patologi dan biayanya relatif mahal. Sedangkan dengan tes asam cuka yang dikenal dengan tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), relatif mudah, cepat, praktis, dan murah. Tes ini mulai dilirik untuk ditingkatkan penggunaan di perifer melalui pelatihan standar teknik dalam mengusap mulut rahim dan penilaian ada atau tidak lesi bagi tenaga kesehatan, melalui kerja sama Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) dan lembaga donor asing. Alasan penggunaan tes asam cuka adalah selain berbiaya murah juga lebih simpel untuk dimengerti oleh tenaga kesehatan. Dan bila ini ditemui bisa segera dilakukan tindakan selanjutnya, berupa konfirmasi diagnosis lanjutan atau untuk tindakan. Hampir setengah juta kasus kanker serviks terdiagnosa setiap tahun dan setengah dari jumlah penderita adalah para wanita yang belum pernah menjalani skrining. Di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari seperempat juta wanita meninggal dunia akibat penyakit ini. Insiden angka kematian yang paling tinggi dijumpai di daerah Gurun Sahara, Afrika, Amerika Latin, dan Asia Selatan. Secara keseluruhan angka kematian di negara berkembang mencapai empat kali lipat dari negara maju, sekitar 80-85% dari angka kematian secara global terjadi di negara berkembang.Saat ini diperkirakan ada 630 juta orang di seluruh dunia terinfeksi oleh HPV dan wanita lebih banyak terinfeksi dibandingkan pria. Di Amerika Serikat sekitar 40% wanita muda terinfeksi HPV dalam waktu tiga tahun sejak mereka aktif secara seksual. Kontak pertama biasanya terjadi pada usia remaja dan awal usia tiga puluh. Insiden tertinggi ditemukan pada wanita muda usia 25 tahun dan berkaitan erat dengan aktivitas seksual yang sangat aktif. Lesi prekanker dan kanker biasanya berkembang pada zona transformasi atau transformation zone di serviks, dimana daerah ini akan melebar pada saat pubertas dan kehamilan. Pada kondisi normal, lapisan atas dari epitel serviks akan mati dan terkelupas, bersamaan dengan itu sel-sel baru akan terbentuk. Infeksi HPV yang persisten akan mengganggu proses ini, dimana sel-sel tua akan terus bermultiplikasi. Pada awalnya akan terbentuk sel-sel yang abnormal (prekanker) dan kemudian akan menginvasi lapisan/jaringan yang ada di bawahnya (kanker invasif). Karena proses perkembangan dari infeksi HPV menuju kanker invasif sangat lambat, maka umumnya kanker akan muncul pada usia 40-an dan 50-an. Pencegahan kanker seviks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mencegah infeksi atau mendeteksi prekusor kanker serviks dan menyediakan pengobatan. Bentuk pencegahan primer dapat dicapai dengan menghindari keterpaparan terhadap virus dengan mengontrol kehidupan seksual, kebiasaan monogami, serta memastikan pasangan seksual setia/tidak berganti pasangan dan tidak terinfeksi. Visual Inspection with Acetic Acid (VIA)VIA yang juga dikenal dengan cervicoscopy, yang merupakan suatu alternatif untuk uji sitologi yang dapat digunakan bersamaan dengan skrining pap smear. Pada metode VIA digunakan asam asetat 3-5% (cuka) yang dapat disemprotkan atau swab dengan kapas pada serviks. Kemudian serviks diobservasi dengan mata telanjang selama satu menit. Hasil positif tampak sebagai daerah putih di sekitar zona transformasi yang menunjukkan adanya perubahan lesi prekanker atau proses awal suatu kanker invasif. VIA tidak membutuhkan laboratorium atau pelatihan staf secara intensif. Hasil diperoleh dengan cepat, sehingga memungkinkan dilakukan pengobatan pada satu kali kunjungan sehingga menurunkan jumlah pasien yang lolos dari pengawasan. Bila dibandingkan dengan pap smear dan tes DNA HPV, VIA memiliki kelebihan yaitu mampu mengidentifikasi lesi positif yang sangat minimal, dimana pada lesi-lesi seperti ini tidak sesuai untuk dilakukan cryoterapi. Dengan demikian metode ini dapat menjadi acuan pemilihan bentuk pengobatan di daerah-daerah dengan sumber daya terbatas, terutama dalam menentukan apakah seseorang akan diterapi dengan cryoterapi atau tidak. Sensitivitas VIA lebih baik daripada papsmear, namun inspeksi secara visual bersifat subjektif dan supervisi diperlukan untuk kendali mutu. VIA tidak dapat bekerja dengan baik pada wanita postmenopouse karena pada saat menopouse zona transformasi akan mengalami regresi ke dalam kanalis servikalis.Di negara maju, wanita dengan hasil skrining positif baik dengan pap smear atau DNA HPV, akan menjalani uji diagnostik, misalnya seperti colposcopy. Colposcopy adalah prosedur pemeriksaan vagina dan serviks dengan menggunakan alat magnet dengan sumber cahaya untuk mengidentifikasi daerah abnormal pada serviks dan juga digunakan untuk memandu pengambilan sampel biopsi. Screen-and-treat programsDi negara berkembang kini telah dikembangkan screen-and-treat programs, yaitu dimana para wanita dengan hasil skrining positif tidak lagi menjalani uji diagnostik lebih lanjut, namun segera mendapatkan terapi. Pendekatan screen-and-treat ini terutama dilakukan di daerah dengan sumber daya terbatas dimana transportasi, waktu, dan akses lainnya akan mempersulit dilakukannya kunjungan follow up. Keuntungannya adalah jumlah wanita yang lepas dari pengawasan sebelum diobati akan menurun. Screen-and-treat programs telah dilaksanakan di Thailand, Afrika Selatan, dan Ghana dan evaluasi menunjukkan hasil yang memuaskan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa VIA dan cryoterapy yang dilakukan pada satu atau dua kali kunjungan tanpa diselingi dengan colposcopy adalah salah satu alternatif yang sangat efektif dalam segi pembiayaan dibandingkan dengan metode konvensional lainnya.Sudah saatnya para wanita aktif melakukan pemeriksaan skrining pada petugas kesehatan reproduksi terutama dalam hal kanker leher rahim, khususnya terhadap kelompok dengan risiko tinggi, karena kanker lehe rahim membutuhkan waktu lama untuk berkembang sehingga dengan diketahui dini akan mendapat pengobatan yang tepat dan cepat. Kanker leher rahim pada stadium awal bisa sembuh bila mendapat terapi.--Tabloid KONTRAS Nomor : 502 Tahun XI 13 - 19 Agustus 2009
Manfaat Asam cuka dalam Diagnosa Kanker Serviks
Oleh M. Andalas, dr, SpOG
19 August 2009, 10:21 KONTRAS Administrator
Kanker serviks adalah urutan kedua dari jenis kanker yang paling banyak diderita oleh kaum wanita di seluruh dunia serta menjadi penyebab kematian akibat kanker pada kaum wanita di negara berkembang. Insiden dan angka kematian kanker serviks di negara-negara maju telah menurun dengan drastis dalam 40 tahun terakhir. Namun, di negara-negara berkembang penyakit ini masih menjadi momok yang menakutkan. Meskipun insiden dan angka kematian telah menurun, namun tidak semua wanita penderita kanker serviks di negara maju mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Dalam hal ini terjadi perbedaan antara wanita yang kaya dengan yang miskin. Di negara maju dengan perawatan yang sesuai, wanita yang berasal dari golongan menengah ke atas akan lebih baik keadaannya dibandingkan dengan wanita dari golongan ekonomi menengah ke bawah.Salah satu upaya meredam kasus kanker serviks adalah deteksi awal adanya kelainan di masyarakat yang selama ini telah dikenal secara luas dengan pemeriksaan Tes Paps. Ini adalah suatu tes yang relatif ampuh untuk mendeteksi awal kanker serviks, tetapi tes ini sering terkendala dengan pemeriksaan patologi dan biayanya relatif mahal. Sedangkan dengan tes asam cuka yang dikenal dengan tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), relatif mudah, cepat, praktis, dan murah. Tes ini mulai dilirik untuk ditingkatkan penggunaan di perifer melalui pelatihan standar teknik dalam mengusap mulut rahim dan penilaian ada atau tidak lesi bagi tenaga kesehatan, melalui kerja sama Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) dan lembaga donor asing. Alasan penggunaan tes asam cuka adalah selain berbiaya murah juga lebih simpel untuk dimengerti oleh tenaga kesehatan. Dan bila ini ditemui bisa segera dilakukan tindakan selanjutnya, berupa konfirmasi diagnosis lanjutan atau untuk tindakan. Hampir setengah juta kasus kanker serviks terdiagnosa setiap tahun dan setengah dari jumlah penderita adalah para wanita yang belum pernah menjalani skrining. Di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari seperempat juta wanita meninggal dunia akibat penyakit ini. Insiden angka kematian yang paling tinggi dijumpai di daerah Gurun Sahara, Afrika, Amerika Latin, dan Asia Selatan. Secara keseluruhan angka kematian di negara berkembang mencapai empat kali lipat dari negara maju, sekitar 80-85% dari angka kematian secara global terjadi di negara berkembang.Saat ini diperkirakan ada 630 juta orang di seluruh dunia terinfeksi oleh HPV dan wanita lebih banyak terinfeksi dibandingkan pria. Di Amerika Serikat sekitar 40% wanita muda terinfeksi HPV dalam waktu tiga tahun sejak mereka aktif secara seksual. Kontak pertama biasanya terjadi pada usia remaja dan awal usia tiga puluh. Insiden tertinggi ditemukan pada wanita muda usia 25 tahun dan berkaitan erat dengan aktivitas seksual yang sangat aktif. Lesi prekanker dan kanker biasanya berkembang pada zona transformasi atau transformation zone di serviks, dimana daerah ini akan melebar pada saat pubertas dan kehamilan. Pada kondisi normal, lapisan atas dari epitel serviks akan mati dan terkelupas, bersamaan dengan itu sel-sel baru akan terbentuk. Infeksi HPV yang persisten akan mengganggu proses ini, dimana sel-sel tua akan terus bermultiplikasi. Pada awalnya akan terbentuk sel-sel yang abnormal (prekanker) dan kemudian akan menginvasi lapisan/jaringan yang ada di bawahnya (kanker invasif). Karena proses perkembangan dari infeksi HPV menuju kanker invasif sangat lambat, maka umumnya kanker akan muncul pada usia 40-an dan 50-an. Pencegahan kanker seviks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mencegah infeksi atau mendeteksi prekusor kanker serviks dan menyediakan pengobatan. Bentuk pencegahan primer dapat dicapai dengan menghindari keterpaparan terhadap virus dengan mengontrol kehidupan seksual, kebiasaan monogami, serta memastikan pasangan seksual setia/tidak berganti pasangan dan tidak terinfeksi. Visual Inspection with Acetic Acid (VIA)VIA yang juga dikenal dengan cervicoscopy, yang merupakan suatu alternatif untuk uji sitologi yang dapat digunakan bersamaan dengan skrining pap smear. Pada metode VIA digunakan asam asetat 3-5% (cuka) yang dapat disemprotkan atau swab dengan kapas pada serviks. Kemudian serviks diobservasi dengan mata telanjang selama satu menit. Hasil positif tampak sebagai daerah putih di sekitar zona transformasi yang menunjukkan adanya perubahan lesi prekanker atau proses awal suatu kanker invasif. VIA tidak membutuhkan laboratorium atau pelatihan staf secara intensif. Hasil diperoleh dengan cepat, sehingga memungkinkan dilakukan pengobatan pada satu kali kunjungan sehingga menurunkan jumlah pasien yang lolos dari pengawasan. Bila dibandingkan dengan pap smear dan tes DNA HPV, VIA memiliki kelebihan yaitu mampu mengidentifikasi lesi positif yang sangat minimal, dimana pada lesi-lesi seperti ini tidak sesuai untuk dilakukan cryoterapi. Dengan demikian metode ini dapat menjadi acuan pemilihan bentuk pengobatan di daerah-daerah dengan sumber daya terbatas, terutama dalam menentukan apakah seseorang akan diterapi dengan cryoterapi atau tidak. Sensitivitas VIA lebih baik daripada papsmear, namun inspeksi secara visual bersifat subjektif dan supervisi diperlukan untuk kendali mutu. VIA tidak dapat bekerja dengan baik pada wanita postmenopouse karena pada saat menopouse zona transformasi akan mengalami regresi ke dalam kanalis servikalis.Di negara maju, wanita dengan hasil skrining positif baik dengan pap smear atau DNA HPV, akan menjalani uji diagnostik, misalnya seperti colposcopy. Colposcopy adalah prosedur pemeriksaan vagina dan serviks dengan menggunakan alat magnet dengan sumber cahaya untuk mengidentifikasi daerah abnormal pada serviks dan juga digunakan untuk memandu pengambilan sampel biopsi. Screen-and-treat programsDi negara berkembang kini telah dikembangkan screen-and-treat programs, yaitu dimana para wanita dengan hasil skrining positif tidak lagi menjalani uji diagnostik lebih lanjut, namun segera mendapatkan terapi. Pendekatan screen-and-treat ini terutama dilakukan di daerah dengan sumber daya terbatas dimana transportasi, waktu, dan akses lainnya akan mempersulit dilakukannya kunjungan follow up. Keuntungannya adalah jumlah wanita yang lepas dari pengawasan sebelum diobati akan menurun. Screen-and-treat programs telah dilaksanakan di Thailand, Afrika Selatan, dan Ghana dan evaluasi menunjukkan hasil yang memuaskan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa VIA dan cryoterapy yang dilakukan pada satu atau dua kali kunjungan tanpa diselingi dengan colposcopy adalah salah satu alternatif yang sangat efektif dalam segi pembiayaan dibandingkan dengan metode konvensional lainnya.Sudah saatnya para wanita aktif melakukan pemeriksaan skrining pada petugas kesehatan reproduksi terutama dalam hal kanker leher rahim, khususnya terhadap kelompok dengan risiko tinggi, karena kanker lehe rahim membutuhkan waktu lama untuk berkembang sehingga dengan diketahui dini akan mendapat pengobatan yang tepat dan cepat. Kanker leher rahim pada stadium awal bisa sembuh bila mendapat terapi.--Tabloid KONTRAS Nomor : 502 Tahun XI 13 - 19 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment